Talkshow Kebermanfaatan Perpustakaan Kampus
SERANG-Unit Penunjang Akademik (UPA) Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar Diskusi ‘Kebermanfaatan Perpustakaan Kampus’ Bersama Duta Baca Indonesia Gol A Gong dan Duta Baca Banten Rahmat Heldy, HS, di Ruang Baca UPA Perpustakaan Untirta, Sindangsari, Kabupaten Serang, Kamis, 18 Januari 2024. Hadir dalam kegiatan ini Kepala UPA Perpustakaan Untirta Dr. Firman Hadiansyah, M.Hum., dan tim.
Dr. Firman mengatakan, perpustakaan selama ini dipandang sebagai ‘second place’ atau tempat kedua yang tidak menjadi prioritas dibandingkan dengan tempat lain. Oleh karena itu, menurutnya, UPA Perpustakaan Untirta berusaha keras menginginkan perpustakaan jadi tempat istimewa dan inklusif.
“Siapa pun kami undang datang ke Perpustakaan Untirta dan kami usahakan menjadi tempat atau pusat diskusi terutama untuk civitas academica Untirta yang menjadi ‘leading sector’ atau menjadi jantung pendidikan sehingga setiap aktivitas kepustakaan atau produk buku tidak selesai di rak buku,” kata Dr. Firman.
Ia menambahkan, setiap aktivitas di Perpustakaan harus penuh dengan proses berkarya seperti pembuatan jurnal dan buku baik secara elektronik maupun cetak.
“Kami diamanahi untuk membuat buku ajar dengan pendanaan dari kampus 1,3 miliar. Sebuah kebahagiaan bagi kami jika Perpustajaan menjadi trigger bagi para dosen melahirkan buku dan banyak didiskusikan termasuk kegiatan seperti ini letupannya tentu sangat bagus,” imbuhnya.
Sementara Rahmat mengatakan, setiap orang bisa menulis dan seorang guru atau dosen seharusnya menulis karena guru atau dosen yang tidak menulis itu bernilai standar.
“Guru dan dosen yang tidak menulis itu standar. Dosen harus menulis. Kalau mahasiswa tidak menulis apa hebatnya jadi mahasiswa. Maka yang melebihkan kita itu adalah menulis dan bisa memanfaatkan perpustakaan. Kalau yang standar sudah cukup,” ujarnya.
Guna mencapai mahasiswa dan dosen menulis, Gol A Gong menyarankan para mahasiswa dan dosen Untirta distimulus menulis berbicara soal kekaryaan di perpustakaannya.
“Mahasiswa dan Dosen Untirta perlu dipacu misalnya sebulan sekali berbicara di Perpustakaan, di hadapan mahasiswanya atau pengunjung perpustakaan, berdialektika sehingga ‘output’-nya sebuah buku dan ‘outcome’-nya adalah citra positif kampus. Penulisannya pun harus seimbang, antara ‘academic writing’ maupun ‘creative Writing’. Misal Dosen Sosiologi Untirta menulis tentang Baduy secara kreatif berupa esai Selain menulis secara jurnal,” ujarnya.
“Kemudian untuk memajukan perpustakaan, kampus bisa membuat even ‘Untirta Membaca’ misalnya. Keren, saya bayangkan Pak Rektor Fatah Sulaiman, dibicarakan fenomenal oleh internasional karena Untirta Membaca-nya. Lalu perlu ada gerakan literasi digital, penghargaan kepada pegiat literasi kampu, contohnya Untirta Award, Kegiatan inklusi sosial, maskot literasi kampus, duta literasi Kampus dan program yang konsisten dan kontinyu, dalam mengadakan kegiatan,” ujarnya.(HI/AAP)