Enter your keyword

Diskusi Senja Di Untirta “Pemilu dan Perayaan Keberagaman”

Diskusi Senja Di Untirta “Pemilu dan Perayaan Keberagaman”

Diskusi Senja Di Untirta “Pemilu dan Perayaan Keberagaman”

SERANG-Unit Penunjang Akademik (UPA) Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) memulai sebuah diskusi yang sebelumnya rutin dilaksanakan yakni ‘Diskusi Senja di Untirta’ dengan tema ‘Pemilu dan Perayaan Keberagaman’ yang dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Kampus Untirta, Sindangsari, Kabupaten Serang, Kamis 15 Februari 2024.

Hadir mengisi acara Kepala UPA Perpustakaan Untirta Dr. Firman Hadiansyah, M.Hum., Dekan FISIP Untirta Leo Agustino, Ph.D., Sekjen IKA Alumni Untirta Beben Somantri, S.Pd., Wakil Ketua BEM FH 2007 Ferry Renaldy, S.H., Direktur Eksekutif Aliansi Independen Peduli Publik (ALIPP) Uday Suhada, dan Presma 2012 Untirta Adam Marifat, M.I.P.

Dr. Firman dalam sambutanya mengatakan, diskusi ini kembali digulirkan sebagai wahana memulai kembali atmosfer akademik tetapi disampaikan secara santai dan lebih egaliter.

“Selalu ada isu mutahir yang bisa didiskusikan tanpa berkerut kening dan pada saat ini kita akan menyimak soal Pemilu 2024 oleh ahlinya seperti Kang Leo sebagai akademisi yang khatam soal ini dan narasumber lainnya. Meski sederhana atau santai tapi bisa bergulir dengan baik. Semoga mendatang kita bisa melaksanakannya lebih baik lagi,” katanya.

Leo memberikan pandangannya terkait dengan Pemilu 2024 ini di luar prediksinya karena melihat hasil quick count rupanya terjadi satu putaran saja. “Saya ingin melihat bahwa pemilu kali ini cukup mengejutkan karena banyak hal diprediksi dari awal misalnya salah satu di antaranya saya menganalisis akan berlaku dua putaran ternyata hasil hitung cepat tidak menunjukkan itu. Saya ingin mengatakan kita sedang mengalami regresi demokrasi dan terbajak oleh kepentingan tertentu dan ini lumrah jika dilihat dari sudut pandang kepentingan politik. Apa yang bakal terjadi adalah akan terus belaku yakni oligarki politik semakin kuat, bukan hal luar biasa karena 1999 reformasi sudah terbajak,” ujarnya.

“Kemudian kita lihat dari sisi moderat dulu. Prabowo-Gibran berkuasa maka akan menjalankan nilai demokrasi dan Prabowo-Gibran selamat sampai dengan waktu di tahun 2029. Kalau tidak berlaku yang pertama, maka Pak Prabowo akan mengubah semua yang sudah dibangun kembali ke arena yang pernah dipertahankan oleh rezim orde baru karena melihat track record beliau. Kemudian terakhir adalah kelompok epistemik demokrasi yang merasa sudah terbajak demokrasinya dan menjadi sebuah gerakan masa yang sangat bergelombang. Semoga saja itu tidak terjadi supaya demokrasi kita bisa dipertahankan,”