Serang – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Tantangan dan Peluang Profesi Pustakawan di Era Disrupsi” dalam rangka memperingati Hari Pustakawan Indonesia yang untuk pertama kalinya ditetapkan secara resmi oleh pemerintah. Hari Pustakawan Indonesia ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 81/M/2025 sebagai bentuk apresiasi atas peran penting pustakawan dalam membangun literasi bangsa.
Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 7 Juli 2025, di Ruang Multimedia, Kampus UNTIRTA Sindangsari, dan diinisiasi oleh UPA Perpustakaan UNTIRTA bekerja sama dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Wilayah Banten, Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Wilayah Banten, dan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) Wilayah Banten.
Seminar ini dihadiri oleh para pustakawan dan pengelola perpustakaan dari berbagai jenjang—perguruan tinggi, sekolah, serta dinas perpustakaan tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Acara dibuka oleh Rektor UNTIRTA, Prof. Dr. H. Fatah Sulaiman, yang menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan perdana Hari Pustakawan Indonesia di tingkat nasional.
“Seminar ini tidak hanya menjadi ajang peringatan, tetapi juga memberikan motivasi untuk memperkuat budaya membaca, sekaligus meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan UNTIRTA, khususnya para pengelola perpustakaan. Di era digital saat ini, akses terhadap penelitian-penelitian yang dihasilkan sivitas akademika UNTIRTA sudah terbuka luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Harapannya, informasi ini tidak hanya menjadi bahan bacaan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Rektor UNTIRTA, Prof. Dr. H. Fatah Sulaiman.
Ia juga menyampaikan bahwa saat ini sebanyak 1.400 mahasiswa UNTIRTA tengah menjalankan program KKM Literasi di berbagai wilayah di Provinsi Banten, sebagai bagian dari upaya menyebarluaskan semangat literasi dan pemahaman informasi yang berdampak bagi masyarakat.
Sementara itu, Kepala UPA Perpustakaan UNTIRTA, Dr. Firman Hadiansyah, S.Pd., M.Hum, menggarisbawahi pentingnya pustakawan dalam sejarah distribusi ilmu pengetahuan. Ia menyatakan bahwa sejak era Gutenberg dengan penemuan mesin cetak, penyebaran ilmu menjadi lebih masif. Kini, di era digital dan kecerdasan buatan, tantangan serupa kembali hadir. “Hari ini kita diuji oleh teknologi digital dan AI. Namun, kita juga diberi peluang untuk membentuk gerakan literasi yang sistemik, tidak hanya dalam kerangka kerelawanan, tetapi menjadi bagian dari pembangunan berbasis literasi di Banten,” ujarnya. Firman juga mengungkapkan bahwa kunjungan ke perpustakaan digital UNTIRTA kini telah melampaui kunjungan fisik, mencerminkan pergeseran paradigma dalam akses informasi oleh generasi saat ini.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten Usman Asshiddiqi Qohara para pustakawan sudah menjadi elemen paling penting dalam lingkup perpustakaan. Namun, dalam memajukan perpustakaan harus dilakukan bersama sama dalam menjalaninya. “Sebagaimana kita ketahui bersama, dengan semangat yang sama, untuk memajukan perpustakaan bukan hanya sekadar baca tulis melainkan juga soal kecerdasan dan pemberdayaan,” ujarnya.
Seminar menghadirkan tiga narasumber utama yang memberikan pandangan strategis mengenai dinamika profesi pustakawan di era disrupsi. Nia Kurniawati, S.Sos., M.P., pustakawan UNTIRTA, menekankan pentingnya kecerdasan beradaptasi dalam menghadapi tantangan teknologi. “Kecerdasan beradaptasi adalah kunci sukses pustakawan di era disrupsi. Tanpa kemampuan untuk berubah dan berkembang, pustakawan akan tertinggal oleh perubahan teknologi dan kebutuhan pengguna yang terus berevolusi.” Menurutnya, pustakawan yang adaptif justru berpotensi menjadi agen perubahan dalam transformasi perpustakaan modern.
Dari sisi pendidikan sekolah, Rety Widianti, S.E., Ketua ATPUSI Banten, menyoroti bahwa perpustakaan saat ini tengah mengalami pergeseran bentuk. “Kita sedang menyaksikan evolusi perpustakaan, dari institusi berbasis fisik menjadi pusat pengetahuan yang berpusat pada digital dan teknologi,” jelasnya. Ia menegaskan pentingnya peningkatan kompetensi pustakawan agar mampu menjawab tantangan era informasi.
Sedangkan Chairunnisa, S.Hum, Ketua IPI Banten, menekankan peran baru pustakawan sebagai konsultan informasi. “Pustakawan memainkan peranan penting dalam menyediakan layanan informasi. Mereka kini bukan sekadar penjaga buku, tetapi menjadi konsultan yang membantu pengguna memahami informasi yang valid dan relevan,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap informasi sangat bergantung pada profesionalisme pustakawan dalam memberikan layanan yang kredibel.
Melalui seminar ini, UNTIRTA menegaskan komitmennya dalam memajukan profesi pustakawan agar lebih adaptif, kolaboratif, dan berkontribusi aktif dalam pembangunan literasi masyarakat. Peringatan Hari Pustakawan Indonesia diharapkan menjadi momentum tahunan yang menginspirasi peningkatan kualitas layanan perpustakaan di seluruh Indonesia. (Pustakawan)